|
Ibuk Guru Muda Anggita Sara |
Anggita Sara adalah guru muda selanjutnya yang akan aku ceritakan disini. Berasal dari Provinsi di ujung Sumatera, Aceh namanya. Lahir sebagai inong Aceh membuat beliau mewarisi sedikit banyaknya karakter inong aceh pada umumnya. Inong Aceh yang punya karakter tersendiri, Karakter mandiri atau berdikari menjadi pelengkap dari pribadi anggun dan berani yang beliau miliki.
Ketika beliau mengikuti seleksi program SM-3T, beliau memang sudah memiliki tekad untuk ikut ambil bagian dalam mencapai tujuan negara, yaitu mencerdaskan anak bangsa. Dengan bermodalkan Ijazah S1 PGSD UNSIYAH beliau lulus mengikuti tahap demi tahap penyeleksian peserta guru muda yang akan di kirim ke daerah 3T (Terdepan, Terluar dan Tertinggal). Daerah yang jauh dari pusat kota, bahkan akses transportasi dan komunikasipun bisa dikatakan tidak lancar disana.
Ibuk guru muda Anggi mendapatan tempat pengabdian di kabupaten Landak, Provinsi Kalimantan Barat. Dengan ijazah S1 PGSD beliau di tempatkan di salah satu Sekolah Dasar. Fakta membuktikan bahwa Sekolah Dasar adalah sekolah yang paling awal dan paling jauh letaknya dari keramaian. Apalagi di daerah pengabdian kami yang memang dipilih daerah pedalaman bahkan terpelosok.
Zaman yang penuh dengan segala Kepraktisan sekarang dan bergelimang dengan kemewahan serta bergelut dengan kesosialitaan tidak berperan dalam masa pengabdian ibuk Anggi ini. Tanpa dihiasi tas branded, Warna baju yang maching dengan jilbab dan aksesoris lainnya, serta dandanan yang nyentrik seperti ibuk-ibuk sosialita pada umumnya. Beliau mengabdi dengan hanya berpenampilan sederhana, terkadang harus mengganti sepatu gurunya dengan sepatu boat lusuhnya, terkadang baju dinas terbaiknya mesti di tutupi dengan jaket jatah pemberian LPTK, terkadang dandanan sederhana itu mesti di lengkapi dengan dempolan bedak yang berasal dari lumpur tanah perjalanan ke sekolah.
|
Jalan berlumpur menuju sekolah ibu Anggita Sara | | |
|
Masih dengan semangat 45 menuju sekolah |
Ya, begitulah tempat pengabdian yang harus di jalani oleh ibu guru muda Anggita Sara selama satu tahun disana. Suka duka di tanggung sendiri, karena jauh dari orang tua. Meskipun kondisi disana tidak semewah kampung yang selama ini beliau terima, tapi beliau cukup bahagia. Mengabdi demi mereka anak-anak bangsa. Anak-anak yang benar-benar mendamba seorang guru yang serba bisa dan tetap tegap disetiap kondisi dan suasana. kurang lebih seperti ibu guru muda Anggita Saralah yang mereka damba. Guru muda yang penuh dengan semangat menggebu membuka sedikit-demi sedikit cakrawala mereka, membimbing perlahan-lahan menuju sebuah harapan masa depan yang bahagia.
Dari cerita yang dibagikan kepada aku, Ibu guru muda ini cukup menikmati hari-hari pengabdiannya, meski seminggu lamanya beliau menangis menghadapi tempat baru itu, tapi pada hari-hari berikutnya beliau seakan sudah menyatu dengan bau kehidupan disana. Kehidupan yang sarat juga dengan budaya, kehidupan yang kaya juga dengan tata krama, kehidupan yang penuh dengan suka cita. Beliau beruntung mendapatkan ibu angkat yang mengnganggap beliau seperti anak kandung disana. Memang sudah hukumnya "orang baik itu akan dikelilingi oleh orang baik pula".
|
Guru muda Anggita Sara bersama siswa dan tenaga pengajar lainnya | |
Demikian lah sepenggal kisah dari guru muda Anggita Sara. Tanpa bumbu sosialitapun beliau tetap bisa berjaya. Berjaya hanya untuk mencapai cita-cita. Cita-cita memajukan Indonesia.
Hei guru di Indonesia. Untuk apa berlomba-lomba dalam bergaya, kalau seandainya peserta didik kita masih dengan isi kepala yang sama ketika mereka mendaftar di sekolah. Mari kita ubah Maindset kita selama ini tentang mereka yang nakal dan tidak punya etika. Mari kita selamatkan generasi muda penerus bangsa Indonesia, dengan niat yang tulus dan tertata.
#salam MBMI
#PPG SM3T
#PGSD UNP
#Minggu, 31 Juli 2016
Komentar
Posting Komentar